Jumat, 20 Oktober 2017

Antihistamin

A. Definisi Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek antihistamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.
Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1.  Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
2.  Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
3.  Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.


Jenis-jenis Antihistamin

Antihistamin sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu generasi pertama dan generasi kedua.
Generasi pertama. Jenis ini memiliki efek menenangkan. Ketika diminum, ada efek samping umum yang bisa Anda rasakan seperti mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering, gangguan dalam berpikir, penglihatan buram dan sulit mengosongkan kandung kemih.
Jenis-jenis antihistamin generasi pertama antara lain clemastinealimemazinechlorphenaminecyproheptadinehydroxyzine, ketotifen dan promethazine.
Generasi kedua. Jenis ini tidak memiliki efek penenang. Ketika diminum, efek mengantuk tidak akan sebesar obat generasi pertama. Meski begitu, Anda tetap harus berhati-hati ketika mengonsumsinya sambil mengemudi dan mengoperasikan alat berat. Karena efek mengantuk masih mungkin bisa terjadi. Antihistamin generasi kedua memiliki efek samping yang lebih sedikit ketimbang generasi pertama. Efek sampingnya yaitu mulut kering, sakit kepala, hidung kering, dan merasa mual.
Jenis-jenis antihistamin generasi kedua antara lain fexofenadinelevocetirizineloratadinemizolastine acrivastinecetirizine, dan desloratadine.
B. Sifat-sifat dan mekanisme kerja antihistaminika
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghindarkan efek atas tubuh dari histamin yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada gangguan-gangguan alergi. Bila dilihat dari rumus molekulnya, bahwa inti molekulnya adalah etilamin, yang juga terdapat dalam molekul histamin. Gugusan etilamin ini seringkali berbentuk suatu rangkaian lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian dari suatu struktur siklik,misalnya antazolin.
Antihistaminika tidak mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan dengan histamin seperti halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi melakukan kegiatannya melalui persaingan substrat atau ”competitive inhibition”. Obat-obat inipun tidak menghalang-halangi pembentukan histamin pada reaksi antigen-antibody, melainkan masuknya histamin kedalam unsur-unsur penerima didalam sel (reseptor-reseptor) dirintangi dengan menduduki sendiri tempatnya itu. Dengan kata lain karena antihistaminik mengikat diri dengan reseptor-reseptor yang sebelumnya harus menerima histamin, maka zat ini dicegah untuk melaksanakan kegiatannya yang spesifik terhadap jaringan-jaringan. Dapat dianggap etilamin lah dari antihistaminika yang bersaing dengan histamin untuk sel-sel reseptor tersebut.
C. Efek samping
Karena antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf pusat, maka efek sampingannya yang terpenting adalah sifat menenangkan dan menidurkannya. Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang terdapat stimulasi dari pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan sifat-sifat ini yang seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika dapat disertai suatu obat perangsang pusat, sebagai amfetamin. Kombinasi dengan obat-obat pereda dan narkotika sebaiknya dihindarkan. Efek sampingan lainnya adalah agak ringan dan merupakan efek daripada khasiat parasimpatolitiknya yang lemah, yaitu perasaan kering di mulut dan tengg  orokan, gangguan-gangguan pada saluran lambung usus, misalnya mual, sembelit dan diarrea. Pemberian antihistaminika pada waktu makan dapat mengurangi efek sampingan ini.
D. Perintang-perintang reseptor H2
Antihistaminika yang dibicarakan diatas ternyata tidak dapat melawan seluruh efek histamin, misalnya penciutan otot-otot licin dari bronchia dan usus serta dilatasi pembuluh-pembuluh perifer dirintangi olehnya, dimana efeknya berlangsung melalui jenis reseptor tertentu yang terdapat dipermukaan sel-sel efektor dari organ-organ bersangkutan yang disebut reseptor-reseptor H1. Sedangkan efek terhadap stimulasi dari produksi asam lambung berlangsung melalui reseptor-reseptor lain, yaitu reseptor-reseptor H2 yang terdapat dalam mukosa lambung.

Penelitian-penelitian akan zat-zat yang dapat melawan efek histamin H2 tersebut telah menghasilkan penemuan suatu kelompok zat-zat baru yaitu antihistaminika reseptor-reseptor H2 atau disingkat H2- blockers seperti burimamida, metiamida dan simetidin. Zat-zat ini merupakan antagonis-antagonis persaingan dari histamin, yang memiliki afinitas besar terhadap reseptor-reseptor H2 tanpa sendirinya memiliki khasiat histamin. Dengan menduduki reseptor-reseptor tersebut, maka efek histamin dirintangi dan sekresi asam lambung dikurangi. Dari ketiga obat baru tersebut hanya simetidin digunakan dalam praktek pada pengobatan borok-borok lambung dan usus. Obat-obat lambung burimamida kurang kuat khasiatnya dan resorpsinya dari usus buruk sedangkan metiamida diserap baik, tetapi toksis bagi darah (agranulocytosis).

Khasiat antihistaminiknya tidak begitu kuat seperti yang lain, tetapikebaikannya terletak pada sifatnya yang tidak merangsang selaput lendir. Maka seringkali digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung (selesma) Antistine-Pirivine, Ciba Geigy
Dosis : oral 2 – 4 kali sehari 50 – 100 mg
Generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.

Sedangkan generasi ketiga merupakan derivat dari generasi kedua, berupa metabolit (desloratadine dan fexofenadine) dan enansiomer (levocetirizine). Pencarian generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih minimal. Faktanya, fexofenadine memang memiliki risiko aritmia jantung yang lebih rendah dibandingkan obat induknya, terfenadine. Demikian juga dengan levocetirizine atau desloratadine, tampak juga lebih baik dibandingkan dengan cetrizine atau loratadine.


PENGGOLONGAN ANTIHISTAMIN (AH1), DENGAN MASA KERJA, BENTUK SEDIAAN DAN DOSISNYA
Golongan obat & contohnya
Masa Kerja (jam)
Bentuk Sediaan
Dosis Tunggal Dewasa
1.Etalonamin
Difenhindramin HCl


Dimenhidrinat

Karbinoksamin maleat

4-6


4-6

3-4


Kapsul 25mg dan 50mg. eliksir 5mg-10mg/ml, 
Larutan suntikan 10mg/ml
Tablet 50mg
Larutan suntikan 50mg/ml
Tablet 4 mg, Eliksir 5mg/5ml

50 mg

50 mg
50 mg
50 mg
4 mg
2.Etilendiamin
Tripenelamin HCl

Tripenelamin sitrat
Pirilamin maleat

4-6

4-6
4-6


Tablet 25mg & 50mg
Krem 2% ; saleb 2%
Eliksir 37,5 mg/5ml
Kapsul 75mg; Tablet 25mg & 50mg

50 mg

75 mg
25-50 mg
3.Alkilamin
Bromfeniramin maleat
Klorfeniramin maleat
Deksbromfeniramin maleat


4-6
4-6
4-6


Tablet 4mg, Eliksir 2mg/5ml
Tablet 4mg; Sirop 2,5mg/5ml
Tablet 4mg

4 mg
2-4 mg
2-4 mg
4.Piperazin
Klorsiklizin HCl
Siklizin HCl


Siklizin laktat
Meklizin HCl
Hidroksizin HCl

8-12
4-6


4-6
12-24
6-24

Tablet 25mg & 50 mg
Tablet 50mg ;
Supositoria 50mg & 100mg

Larutan suntikan 50mg/ml
Tablet 25 mg
Tablet 10 & 25mg
Sirop 10mg/5ml

50 mg
50 mg
50-100 mg (rektal)
50 mg
25-50 mg
25 mg
5.Fenotiazin
Prometazin HCl


MetadilazinHCl

4-6


4-6


Tablet 12,5mg, 25mg & 50mg
Lar. suntikan 50mg & 50mg/5ml
Supositoria 25mg & 50mg
Tablet 4mg. Sirop $mg/5ml

25-50 mg
25-50 mg
25-50 m
6.Piperidin (Antihistamin Nonsedatif)
Terfenadine
Astemizol
Loratadine


12-24
<24
12


Tablet 50 mg
Tablet 10 mg
Tablet 10 mg



60 mg
10  mg
10 mg
7.Lain-Lain
Azatadin
Siproheptadine
Mebhidrolin napadisilat

±12
±6
±4

Tablet 1mg. sirop 0,5mg/ml
Tablet 4mg, sirop 2mg/5ml
Tablet 50 mg

1 mg
4 mg
50-100 mg

E. obat antihistamin menurut struktur kimia :

1.Devirat-devirat Etanolamin (X=0)
Zat-zat ini berdaya antikolinergik dan sedative agak kuat
a.Diferenhidramin : Benadryl(P.D)
disamping daya antikolinergik dan sedative yang kuat, antihistamin ini juga bersifat spasmolitik, anti-emetik & antivertigo (pusing-pusing). Berguna sebagai obat tambahan pada penyakit Parkinson, juga digunakan sebagai obat anti gatal pada urticaria akibat alergi.
Dosis: oral 4xsehari 25-50mg, i.v.10-50mg
v  2-metildifenhidramin = orfenadrin (Disipal,G.B) denagn efek anti-kolinergik dan sedative ringan, lebih disukai sebagai obat tambahan Parkinson dan terhadap gejala-gejala ekstrapiramidal pada terapi dengan neuruleptika. Dosisnya: oral 3 kali sehari 50mg.
v  4-metildifenhidramin (Neo-Benodin) lebih kuat sedikit dari zat induknya. Digunakan pada keadaan-keadaan alergi pula dengan dosis oral 3xsehari 20-40mg.
v  Dimenhidrinat (Dramamine, Searle) adalah senyawa klorteofilinat dari diferenhidramin yang digunakan khusus pada mabuk jalan dan muntah-muntah sewaktu hamil. Dosisnya 4x sehari 50-100mg, i.m. 50mg.
v  Klorfenoksamin (Systral,Astra) adalah derivate klor & metal, yang antara lain digunakan sebagai obat tambahan pada penyakit Parkinson. Dosisnya : oral 2-3x sehari 20-40mg (klorida), dalam krem 1,5%.
v  Karbinoksamin (Polistin,Pharbil) adalah derivate piridil dan klor yang digunakan pada hay fever dengan dosis oral 3-4x sehari 4mg (maleat,bentuk-dl).

b.Klemastine : Tavegyl (Sandoz)
memiliki struktur yang mirip klorfenoksamin, tetapi dengan substituent siklik (pirolidin). Daya antihistaminikanya amat kuat, mulai kerjanya pesat, dalam beberapa menit dan bertahan lebih dari 10 jam. Antara lain mengurangi permeabilitas dari kapiler dan efektif guna melawan pruritus alergis (gatal-gatal). Dosis oral 2x sehari 1mg a.c.(fumarat),i.m.2x2mg.

2. Devirat-devirat Etilendiamin (X= N)
Obat-obat dari kelompok ini umumnya memiliki daya sedatife yang lebih ringan.
v  Antazolinfenazolin, Antistin (Ciba)
Daya antihistaminiknya kurang kuat, tetapi tidak merangsang selaput lender. Maka layak digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung (salesma) sebagai preparat kombinasi dengan nafazolin (Antistin-Privine, Ciba). 
Dosis oral 2-4x sehari 50-100mg (sulfat).
v  Tripelenamin (Tripel,Corsa-azaron, Organon) kini hanya digunakan sebagai krem 2% pada gatal-gatal akibat reaksi alergi (terbakar sinar matahari,sengatan serangga,dll).
v  Mepirin (Piranisamin) adalah derivate metoksi dari tripenelamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feniramin dan fenilpropanolamin (Triaminic,wander) pada hay fever dengan dosis 2-3x sehari 25 mg (bitab).
v  Klemizol (Allercur, Schering) adalah derivate klor yang kini hanya digunakan dalam preparat kombinasi anti-selesma (Apracur,Schering) atau dalam salep/suppositora antiwasir (Scheriproct, Ultraproct,Schering)

3. Devirat-devirat Propilamin (X=C)
Obat-obat dari kelompok ini memiliki daya antihistaminic kuat.

a.Feniramin : Avil (Hoechst)
Zat ini berdaya antihistaminic baik dengan efek meredakan batuk yang cukup baik, maka digunakan pula dalam obat-obat batuk. Dosis oral 3x sehari 12,5-25mg (maleat) pada malam hari atau 1x 50mg tablet retart; i.v. 1-2x sehari 50mg; krem 1,25%.
v  Klorfenamin (klorfeniramin,dl-,Methyrit,SKF) adalah deriver klor dengan daya 10x lebih kuat, sedangkan derajad toksisitasnyapraktis tidak berubah. Efek-efek sampingnya antara lain sifat sedatifnya ringan. Juga digunakan dalam obat batuk. Bentuk dextronya adalah isomer aktif, maka2 kali lebih kuat daripada bentuk dl (rasemis) nya : dexklorfeniramin (Polaramin, scering)
Dosis: 3-4 kali sehari 3-4 mg (dl, maleat) atau 3-4 kali sehari mg (bentuk-d).
v   Bromfeniramin (komb. Ilvico, Merck) adalah derivat brom yang sama kuatnya dengan klorfenamin, padamana isomer-dextro juga aktif dan isomer-levo tidak. Juga digunakan sebagai obat batuk. Dosis: 3-4 kali sehari 3 mg (maleat).
b. TripolidinPro-Actidil (Wellcome)
Derivat dengan rantai-sisi pirolidin ini berdaya agak kuat, mulai kerjanya pesat dan bertahan lama, sampai 24 jam (sebagai tablet retard). Dosis: oral 1 kali sehari 10 mg (klorida) pada malam hari berhubung efek sedatifnya.  

4. Derivat-derivat piperazin 
Obat-obat kelompok ini tidak memiliki inti etilamin, melainkan piperazin. Pada umumnya bersifat long-acting, lebih dari 10 jam. 
a.Siklizin: Marzine (Wellcome)
            Mulai kerjanya pesat dan bertahan 4-6 jam lamanya. Terutama digunakan sebagai anti-emetik dan pencegah mabuk jalan. Pada binatang percobaan siklizin dan meklozin bekerja teratogen. Berdasarkan sifat ini peredarannya di Indonesia dilarang sejak bulan Januari 1963, meskipun pada manusia efek teratogen belum pernah dibuktikan. Namun demikian obat-obat ini sebaiknya jangan diberikan pada wanita hamil selama trimester pertama. 
v  Meklozin (meklizin, Postafene/Suprimal®) adalah derivat metivenil dengan efek lebih panjang, tetapi mulai kerjanya baru sesudah 1-2 jam. Khusus digunakan sebagai anti-emetik dan pencegah mabuk jalan juga. Dosis: oral 3 kali sehari 12.5-25 mg.
v  Buklizin (Longifene, Syntex) adalah derivat siklik dari klorsiklizin dengan efek long-acting dan mungkin efek antiserotonin. Disamping sebagai antiemetik, juga digunakan sebagai obat anti pruritus dan untuk menstimulasi nafsu makan. Dosis: oral 1-2 kali sehari 25-50 mg.
v  Homoklorsiklizin (Homoclomin, Eisai) adalah derivat klor pada mana cincin piperazin diganti dengan cincin tujuh diazepin (1,4). Berdaya antiseratonin dan dianjurkan pada pruritus yang bersifat alergi. Dosis:oral 1-3 kali sehari 10 mg. 
b. Sinarizin: Stugeron (J & J), Cinnipirine (KF).
            Derivat cinnamyl dari siklizin ini disamping kerja antihistaminnya juga berdaya vasodilatasi perifer. Sifat ini berkaitan dengan efek relaksasinya terhadap arteriole-arteriole perifer dan di otak (betis, kaki tangan) yang disebabkan oleh penghambatan masuknya ion-Ca kedalam sel otot polos. Mulai kerjanya agak cepat dan bertahan 6-8 jam, efek sedatifnya ringan. Banyak digunakan sebagai obat pusing-pusing dan kuping berdengung (vertigo, tinnitus).Dosis: oral 2-3 kali sehari 25-50 mg.   
v  Flunarizin (Sibelium, Janssen) adalah derivat dengan daya antihistamin lemah. Sebagai antagonis-kalsium daya vasorelaksasinya kuat. Digunakan pula pada vertigo dan sebagai pencegah migrain.
c. oksatomida: Tinset (Janssen)
            Derivat siklizin baru ini (1982) memiliki daya antihistamin, antiseratonin dan anti-SRS-A, lagipula efek menstabilisasi mastcells. Maka dianjurkan sebagai obat pencegah dan pemeliharaan asma dan hay fever. Juga menstimulasi nafsu makan. Dosis: oral 2 kali sehari 30 mg p.c., pada asma 120 mg sehari.

5. Derivat-derivat Fenotiazin
            Senyawa-senyawa trisiklik ini memiliki daya antihistamin dan antikolonergik yang tidak begitu kuat dan sering kali berdaya sentral kuatdengan efek neuroleptik. Maka banyak turunannya digunakan sebagai neuroleptika pada keadaan psikosis. Berhubung dengan efek sedative dan meredakan batuknya,sering digunakan pula dalam obat batuk.
a.Prometazin : Phenergan(R.P)
            Antihistamin tertua ini (1949) digunakan pada reaksi-reaksi alergi akibat serangga dan tumbuh-tumbuhan, sebagai antiemetic untuk mencegah mual dan mabuk jalan. Selain itu juga pada pusing-pusing(vertigo) dan sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama pada anak-anak.
            Efek-efek sampingnya berupa umum, kadang-kadang terjadi hipotensi, fotosensibilisasi, hipotermia (suhu badan rendah) dan efek-efek darah (leucopenia, agranulocytosis). Semua fenotiazin dapat menimbulkan reaksi-reaksi ini.
            Dosis oral 3x sehari 25-50mg sebaiknya dimulai pada malam hari,;i.m.50mg.
v  Tiazinamium (Multergan,R.P) adalah derivate N-metil dengan efek antikolinergik kuat. Dahulu sering digunakan pada terapi pemeliharaan terhadap asma, tetapi sudah terdesak oleh obat-obat yang lebih efektif.
v  Oksomemazin (Doxergan,R.P)adalah derivate di-oksi (pada atom S) denagn kerja dan penggunaan sama dengan prometazin, antara lain dalam obat batuk (komp Toplexi). Dosis oral 2-4 kali sehari 5-10mg.
v  Alimemazin (Nedeltran) adalah analog etil dengan efek anti serotonin dan daya neuroleptik cukup baik. Digunakan pada urticaria dan digunakan sebagai obat menidurkan anak-anak, ada kalanya juga pada psikosis ringan. Dosis oral 2-4 kali sehari 5-10mg.
v  Fonazin (Dimetiotiazin, Migristene, R.P.) adalah derivate sulfonamide dengan efek antiserotonin kuat yang dianjurkan pada terapi interval migraine. Dosis oral 3-4 kali sehari 10mg.

 b. Isotipendil : Andantol (Homburg)
            Derivate azo-fenotiazin ini kerjanya lebih pendekdari prometazin dengan efek sedative lebih ringan. Dosis oral 3-4 kali sehari 4-8mg, i.m. atau i.v. 10mg.
v  Mequitazin (Mircol, ACP) adalah derivate prometazin dengan rantai sisi heterosiklik dengan kerja lebih panjang daripada prometazin. Mulai kerjanya juga cepat, efek-efek neurologinya lebih ringan. Digunakan pada hay fever, urticaria dan reaksi-reaksi alregi lainnya. Dosis oral 2 kali sehari 5mg.
v  Metdilazin (Ticaryl, M.J.) adalah derivate heterosiklik pula (pirolidin) dengan efek antiserotonin kuat. Terutama dianjurkan pada urticaria. Dosis oral 2 kali sehari 8 mg.

6. Derivat-derivat Trisiklik Lainnya
            Sejumlah antihistaminika memiliki rumus dasar yang terdiri atas suatu cincin tujuh yang terikatpada dua cincin-enam di kanan dan kiri. Zat-zat ini memiliki daya antiserotonin kuat dan daya menstimulasi nafsu makan. Penggunaannya terutama sebagai stimulan nafsu makan dan pada urticaria, juga sebagai obat interval pada migraine.
  1. Siproheptadin  : Periactin (MSD), Actinal (Apex)
Banyak digunakan pada pasien-pasien yang kurus dan buruk nafsu makannya berhubung efek stimulasinya terhadap pertumbuhan jaringan-jaringan normal. Lama kerjanya 4-6 jam, daya antikolinergiknya ringan. Efek-efek samping berupa umum, rasa kantuk biasanya lewat sesudah seminggu. Dosis oral sebagai stimulant nafsu makan 3 kali sehari 4mg (klorida). 
v  Azatadin (Zadine, Schering-Optimum, Essex) adalah derivate long action dengan efek serotonin kuat. Nafsu makan dapat distimulasi, tatapi dapat pula ditekan. Terutama digunakan pada profilaksis hay fever dan pada urticaria. Dosis oral 2 kali sehari 1 mg.
  1. Pizotifen : Sandomigran/Mosegor (Wander)
Zat ini memiliki struktur yang menyerupai siproheptadin, juga daya kerja dan penggunaannya sama. Selain itu juga digunakan pada terapi interval migraine. Dosis oral semula 1kali sehari 0,5mg (maleat), berangsur-angsur dinaikkan sampai 3 kali 0,5mg.
v  Ketotifen (Zaditen, Wander)adalah derivate-keto long-action tanpa efek antiserotonin. Berkat daya stabilisasinya terhadap mastcell obat ini dianjurkan sebagai pencegah asma. Dosis oral 2 kali sehari 1-2 mg (fumarat).



7. Zat-zat non-Sedatif
            Antihistaminika dari generasi kedua memiliki daya antihistamin tanpa efek sedative-hipnotik. Maka layak sekali diberikan pada pasien-pasien yang pada siang hari harus waspada (alert), seperti sopir-sopir kendaraan bermotor.
  1. Terfenadine : Triludan(G.B.), Aldane (Merrell),teldane
Derivat butilamin (heterosiklik) baru ini (1982) tidak memiliki daya sentarl, antikolinergik atau antiadrenergik. Daya histamine (H1)nya menyerupai klorfeniramin. Mulai kerjanya cepat dan bertahan 8 jam (plasma-t 1/2nya 4,5jam). Digunakan pada rhinitis allergic dan reaksi-reaksi alergi lainnya.
Efek-efek sampingnya jarang terjadi dan berupa gangguan lambug-usus,nyeri kepala dan berkeringat. Dosis oral 2 kali sehari 60mg.
  1. Astemizol : Hismanal (Janssen)
Senyawa flour baru ini (1985) berdaya histamine kuat tanpa efek-efek sentral dan antikolinergik pula. Penggunaan dan efek-efek samping sama dengan terfenadine, penambahan berat badan telah dilaporkan. Jangka waktu kerjanya panjang sekali. 
Dosis 1kali sehari 10mg sebelum makan.

8. Sisanya
a. Mebhidrolin : Incidal (Bayer) digunakan pada pruritus, dosisnya 2-3 kali sehari 50mg.
            b. Dimetinden : Fenistil juga dianjurkan pada pruritus, dosisnya 3 kali sehari 1-2mg (maleat)
            c. Difenilpiralin : Piprinhidrinat, Kolton (BYK) Lergon (Riker)digunakan pada rhinitis alergis, dosisnya 6kali sehari 2 mg atau 2kali sehari 5mg retard(HCl).

     
    F.  Beberapa contoh obat – obat antihistamin beserta efek sampingnya 


a.       Difenhidramin ( diphenhdramin)
Efek                 : antihistamin kuat, sedativ, antikolinergik, antispasmodik, antiemetik, dan antivertigo.
Penggunaan     : obat batuk, obat mabuk perjalanan , anti gatal-gatal karena alergi,dan obat tambahan pada penyakit parkinson.
Efek samping : mengantuk  

b.      Klorpheniramin ( chlorpheniramini)
Efek                 : antihistamin (efek lebih kuat dari feniramin ), sedativ ringan
Penggunaan     : pengobatan alergi seperti rhinitis alergia, urtikaria , asma bronchial, dermatitis atopik, eksim alergi, gatal- gatal dikulit, udema angioneurotik.
Efek samping : mengantuk

c.       Prometazin
Efek                 : antihistamin, meredakan batuk, antiemetik, sedativ, hipnotik
Penggunaan     : obat batuk, obat kombinasi untuk sindrom parkinson, mencegah mual dan mabuk perjalanan
Efek samping : mengantuk

d.      Dimenhidrinat
Efek                 : antiemetik
Penggunaan     : mencegah mabuk perjalanan, dan morning sicknes saat hamil
Efek samping : mengantuk

e.       Antazolin
Efek                 : antihistamin ( tidak merangsang selaput lendir)
Penggunaan     : mengobati gejala alergi pada mata dan hidung.
Efek samping : mengantuk

f.        Feniramin ( pheniramin)
Efek                 : antihistamin kuat , meredakan batuk.
Penggunaan     : obat batuk, antialergi
Efek samping  :mengantuk

g.      Siproheptadin (ciproheptadin)
Efek                 : antihistamin  , menambah nafsu makan
Pengunaan       : obat anti alergi, penambah nafsu makan
Efek samping : mengantuk, pusing, mual, dan mulut kering.selain itu salah satu efek sampingnya adalah meningkatkan nafsu makan 



Daftar Pustaka
Drs.Tan Hoan Tjay dan Drs.Kirana Rahardja ” Obat-obat Penting”PT.Gramedia Jakarta Tahun 2008.
F.K.U.I. “ Farmakologi dan Terapi edisi III” Jakarta Tahun 1987.
Siswandono dan Bambang Soekarjo “ Kimia Medisinal” Penerbit Airlangga Surabaya Tahun 2000.

Pertanyaan :
1. Bisakah efek mengantuk pada obat antihistamin dihilangkan ?
2. Apa perbedaan antihistamin dengan antialergi ?
3. Kapan kita harus berhenti menggunakan obat antihistamin jika terjadi alergi ?
4. Bagaimana kontra indikasi dari obat antihistamin ?
5. Adakah perbedaan mekanisme kerja dari antihistamin generasi satu dengan antihistamin generasi dua  ?
6. Jelaskan keunikan farmakodinamik dari antihistamin turunan fenotiazin 
7. Apakah antihistamin memiliki efek samping terhadap wanita hamil ?

40 komentar:

  1. saya akan menjawab pertanyaan no. 7 pada wanita hamil antihistamin turunan meklozin serta klorsiklizin memiliki efek teratogen setelah di ujikan ke hewan uji

    BalasHapus
  2. pertanyaan no. 7
    AH1 generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.
    contoh obat AH1 generasi pertama, Chlorpheniramine, Promethazine dll, sedangkan AH1 generasi kedua contohnya Cetirizine dan Loratadine

    BalasHapus
  3. hai mbak,disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1,antihistamin adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunkan untuk merujuk pada antihistaminklasik yang bekerja pada reseptor histamin H1
    ANTIHISTAMIN biasa digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergi ( penyebab alergi ), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi ini menunjukkan perlepasan histamin dalam jumlah signifikan dalam tubuh
    SEDANGKAN ANTIALERGI adalah bentuk tindakan/pencegahan thdp alergi cnthny dgn pemberian antihistamin bhs kedokterannya obat spt diatas tdi

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk efek mengantuk sendiri, efeknya aan berkurang seperti pada AH1 generasi ke3 diaman efek mengantuk tidak dialami dibandingkan dg generasi 1 yg punya efek sedasi kuat, dan generasi ke2

      Hapus
    2. Selain itu, efek mengantuk dari antihistamin telah diminimalisir dengan cara memperbanyak gugus OH dan COOH sehingga lebih bisa bersifat hidrofil dan sulit menembus sawar otak yg dapat menyebabkan kantuk. Contoh nyatanya yaitu antihistamin golongan kedua dan ketiga seperti loratadine dan desloratadine

      Hapus
  4. Hai nengg saya akan menjawab pertanyaan nomor 5.
    Obat antihistamin generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.

    BalasHapus
  5. hai fii, saya ingin mencoba menjawab pertanyaan no 6: yaitu pemasukan gugus halogen atau CF3 pada posisi 2 dan perpanjangan atom c rantai samping akan meningkatkan aktivitas transquilizer dan menurunkan efek antihistamin.

    BalasHapus
  6. hai fio..
    saya akan mncoba menjawab pertanyaan no 4
    Peringatan dan Kontraindikasi: Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria, meskipun beberapa (misalnya klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman.

    BalasHapus
  7. untuk pertanyaan nomor 5, perbedaannya yaitu terletak pada generasi pertam memiliki fek kerja menenangkan sedagkan pada generasi kedua memberikan efek menenangkan yang lebih rendah sehingga efek mengantuknya juga lebih rendah dibandingkan generasi pertama.

    BalasHapus
  8. Pertanyaan no.2
    Obat antihistamin sering merupakan obat pertama yang digunakan untuk mencegah dan mengobati alergi akut dengan gejala rinitis, urtikaria, dermatitis, dan konjungtivitis, terutama dari golongan generasi I. Namun, untuk reaksi anafilaktik sistemik, epinefrin tetap merupakan obat pilihan, meskipun antagonis H1 juga memegang peranan. Di AS, antihistamin yang terbanyak dipakai untuk mengatasi rinitis alergik (hay fever) adalah golongan alkilamin (klorfeniramin) dan golongan piperidin (terfenadin). Untuk profilaksis, obat yang bisa digunakan adalah terfenadin karena efeknya yang panjang. Pada penderita asma, penggunaan obat antagonis H1 tidak efektif, terutama pada anak-anak, karena obat ini, terutama obat generasi I, mengeringkan bronkiolus. Sementara itu, untuk pengobatan konjungtivus alergik, biasanya digunakan levokabastin. Beberapa dermatitis alergik juga memberikan respon yang baik terhadap antagonis H1, terutama urtikaria akut dengan mengurangi rasa gatal, edema, serta eritem. Melalui beberapa penelitian, ternyata diketahui bahwa untuk mengatasi urtikaria kronik idiopatik, terfenadin lebih superior dibandingkan klorferamin dan seritizin terbukti ampuh untuk mengatasi urtikaria fisik (misalnya cuaca dingin). Selain itu, terbukti bakwa kombinasi antagonis H1 dan H2 sangat bermanfaat terhadap penderita urtikaria yang gagal diobati hanya dengan antagonis H1.


    DAFTAR PUSTAKA

    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  9. menurut saya jawaban no 2 (antagonis
    histamin) adalah
    zat yang mampu
    mencegah
    penglepasan atau
    kerja histamin.
    Istilah antihistamin
    dapat digunakan
    untuk menjelaskan antagonis
    histamin yang mana pun,
    namun seringkali istilah ini
    digunakan untuk merujuk
    kepada antihistamin klasik yang
    bekerja pada reseptor histamin
    H1.
    Antihistamin ini biasanya
    digunakan untuk mengobati
    reaksi alergi, yang disebabkan
    oleh tanggapan berlebihan
    tubuh terhadap alergen
    (penyebab alergi), seperti
    serbuk sari tanaman. Reaksi
    alergi ini menunjukkan
    penglepasan histamin dalam
    jumlah signifikan di tubuh.

    Antialergi adalah bentuk tindakan/pencegahan thdp alergi cnthny dgn pemberian antihistamin bhs kedokterannya obat spt diatas tdi

    BalasHapus
  10. saya setuju dengan jawaban hesty, jadi antialergi adalah tindakan mencegah alergi dan tindakan ini biasanya dengan diberikan antihistamin yaitu obat pencegah terbentuknya atau diproduksinya histamin,

    BalasHapus
  11. no 3. pemakaian obat histamin dapat dihentikan jika alergi yang diderita telah sembuh. dan tidak perlu dilanjutkan pemakaiannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambah jawaban no 3 apabila dalam diri pasien timbul kemerah - merahan pada tubuhnya seperti alergi harus diberhentikan pemakaiannya kalau perlu ditanyakan ke dokter

      Hapus
    2. apabila alergi yang timbul justru lebih parah ada kemungkinan alergi obat, maka penggunaan antihistamin bisa diganti golongannya

      Hapus
    3. pengunaan obat histamin apat dihentikan jika si penderita tidak mengalami aergi agi atau sudah sembuh, atau penggunaan obat dihentikan karena antihistamin tersebut menimbulkan efek lain ang membahayakan

      Hapus
    4. Saya setuju, sebaiknya tidak untuk jangka pjg krna mempertimbangkan efek yg bakal terjadi

      Hapus
  12. No.2 anti histamin yaitu suatu zat yang dapat mencegah timbulnya efek dari histamin secara kompetitif histamin pada reseptor H1, H2, H3, dan H4. sedangkan anti alergi yaitu zat yang digunakn untuk mencegah terjadinya alergi, dimana obat anti alergi itu sendiri tergolong dalam anthistamin H1

    BalasHapus
  13. nmr 1,antihistamin adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunkan untuk merujuk pada antihistaminklasik yang bekerja pada reseptor histamin H1
    ANTIHISTAMIN biasa digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergi ( penyebab alergi ), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi ini menunjukkan perlepasan histamin dalam jumlah signifikan dalam tubuh
    SEDANGKAN ANTIALERGI adalah bentuk tindakan/pencegahan thdp alergi cnthny dgn pemberian antihistamin bhs kedokterannya obat spt diatas tdi

    BalasHapus
  14. Saya mencoba menjawab no 7, kontra indikasi penggunaan AH1 bisa terjadi pada pasien dalam kondisi:
    alergi untuk itu dalam kasus tetes mata
    Glaukoma atau diabetes
    hipersensitivitas

    BalasHapus
  15. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan No 4 kak fio
    Kontraindikasi:
    hipersensitif pada akrivastin atau triprolidin, hindari pada gangguan ginjal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat puput, karena obat tersebut dimetabolisme di organ tersebut (hati)

      Hapus
  16. nmr 2,antihistamin adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunkan untuk merujuk pada antihistaminklasik yang bekerja pada reseptor histamin H1
    ANTIHISTAMIN biasa digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergi ( penyebab alergi ), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi ini menunjukkan perlepasan histamin dalam jumlah signifikan dalam tubuh
    SEDANGKAN ANTIALERGI adalah bentuk tindakan/pencegahan thdp alergi cnthny dgn pemberian antihistamin bhs kedokterannya obat spt diatas tdi

    BalasHapus
  17. pertanyaan no 4
    Peringatan dan Kontraindikasi: Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria, meskipun beberapa (misalnya klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman.

    BalasHapus
  18. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
    Antihistamin (antagonis
    histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1.Antihistamin ini biasanya
    digunakan untuk mengobati
    reaksi alergi, yang disebabkan
    oleh tanggapan berlebihan
    tubuh terhadap alergen
    (penyebab alergi), seperti
    serbuk sari tanaman. Reaksi
    alergi ini menunjukkan
    penglepasan histamin dalam
    jumlah signifikan di tubuh.

    Antialergi adalah bentuk tindakan/pencegahan thdp alergi cnthny dgn pemberian antihistamin bhs kedokterannya obat spt diatas tdi
    BalasHapus

    BalasHapus
  19. 5. 1) BIOCES : Biochemical Expert System, untuk model protein, rekayasa protein dan Kimia Medisinal
    2) CoMFA : Comparative Moleculer Field Analysis (SYBYL).
    3) EMIL : Example Mediated Innovation for Lead Evolution, untuk mencari evolusi atau rancangan analog.
    4) MMMS : untuk model molekul, rancangan obat dan perhitungan kimia kuantum.
    5) GREEN : untuk studi struktur reseptor
    6) RECEPT : untuk rasional superkomposisi molekul dan mapping reseptor
    7) MMS-X : untuk rancangan obat, mapping reseptor dan analisis konformasi

    BalasHapus
  20. Efek samping yang umum dari antihistamin adalah mulut kering. perubahan dalam frekuensi gerakan janin atau terjadinya peningkatan kontraksi ketika mengambil antihistamin atau obat lain selama kehamilan.
    Semoga membantu

    BalasHapus
  21. saya akan menambahkan jawaban no 4

    Kontra Indikasi penggunaan anti Histamine
    Kontraindikasi
    Antihistamin generasi pertama: hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait secara struktural, bayi baru lahir atau premature, ibu menyusui, narrow-angle glaucoma, stenosing peptic ulcer, hipertropi prostat simptomatik, bladder neck obstruction, penyumbatan pyloroduodenal, gejala saluran napas atas (termasuk asma), pasien yang menggunakan monoamine oxidase inhibitor (MAOI), dan pasien tua.
    Antihistamin generasi kedua dan ketiga : hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait secara struktural.

    BalasHapus
  22. No 2
    Antihistamin ini biasanya 
    digunakan untuk mengobati 
    reaksi alergi, yang disebabkan 
    oleh tanggapan berlebihan 
    tubuh terhadap alergen 
    (penyebab alergi), seperti 
    serbuk sari tanaman. Reaksi 
    alergi ini menunjukkan 
    penglepasan histamin dalam 
    jumlah signifikan di tubuh. 

    Antialergi adalah bentuk tindakan/pencegahan thdp alergi cnthny dgn pemberian antihistamin bhs kedokterannya obat spt diatas tdi

    BalasHapus
  23. Jawaban nomor 2,
    Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah
    penglepasan atau kerja histamin.

    Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun,
    namun seringkali istilah ini
    digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1.
    Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen
    (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.

    Antialergi adalah bentuk tindakan/pencegahan terhadap alergi contohnyany dengan pemberian antihistamin bahasa kedokterannya obat seperti diatas tadi.

    BalasHapus
  24. sa akan menjawab pertanyaan no. 7
    AH1 generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.
    contoh obat AH1 generasi pertama, Chlorpheniramine, Promethazine dll, sedangkan AH1 generasi kedua contohnya Cetirizine dan Loratadine

    BalasHapus
  25. perbedaan antihistamin dan anti alergi adalah antagonis
    histamin) adalah
    zat yang mampu
    mencegah
    penglepasan atau
    kerja histamin.
    Istilah antihistamin
    dapat digunakan
    untuk menjelaskan antagonis
    histamin yang mana pun,
    namun seringkali istilah ini
    digunakan untuk merujuk
    kepada antihistamin klasik yang
    bekerja pada reseptor histamin
    H1.
    Antihistamin ini biasanya
    digunakan untuk mengobati
    reaksi alergi, yang disebabkan
    oleh tanggapan berlebihan
    tubuh terhadap alergen
    (penyebab alergi), seperti
    serbuk sari tanaman. Reaksi
    alergi ini menunjukkan
    penglepasan histamin dalam
    jumlah signifikan di tubuh.

    Antialergi adalah bentuk tindakan/pencegahan thdp alergi cnthny dgn pemberian antihistamin bhs kedokterannya obat spt diatas tdi

    BalasHapus
  26. hai fio, saya akan membantu menjawab pertanyaan no 4. Menurut PIONas kontraindikasi antihistamin harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus.

    BalasHapus
  27. 5. perbedaannya yaitu terletak pada generasi pertam memiliki fek kerja menenangkan sedagkan pada generasi kedua memberikan efek menenangkan yang lebih rendah sehingga efek mengantuknya juga lebih rendah dibandingkan generasi pertama

    BalasHapus
  28. no 7
    dari penelitian preklinis sebelumnya menyebutkan bahwa obat antihistamin memiliki efek pada fetus hewan uji, artinya obat ini memberi pengaruh secara teratogenik

    BalasHapus
  29. saya akan mencoba menjawab soal no. 1
    efek Samping Antihistamin: Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan lama, walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski jarang (terutama pada pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada lanjut usia). Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauh kurang dengan antihistamin yang lebih baru.

    BalasHapus
  30. no 4 ranitidin merupakan AH2 adapun kontraindikasinya adalah sebagai berikut:
    1.Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang diketahui memiliki riwayat hipersensitif pada ranitidine atau obat golongan antagonis reseptor H2 lainnya.
    2.Jangan diberikan untuk penderita dengan riwayat porfiria akut.

    BalasHapus
  31. Nomor 4
    Menurut PIONas kontraindikasi antihistamin harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus.

    BalasHapus
  32. . Turunan fenotiazin
    Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesic dan sedativ.

    Hubugan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin
    1. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja panjang.
    2. Metdilazin
    3. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
    4. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
    5. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.

    BalasHapus
  33. tentu ada efek samping thd wanita hamil nantnya akan berefek pada janin

    BalasHapus